KATA PENGANTAR
Hanya ada 2 pandangan hidup yang memberi kekuatan
untuk mewarnai dunia ini yaitu filsafat dan agama. Sains (ilmu dan teknologi)
tidak dianggap mampu memiliki pandangan yang begitu kuat karena dalam garis
besarnya sains bersifat netral dan hanya mampu mewarnai dunia berdasarkan
pandangan hidup keilmuannya. Bukti sejarah menuliskan pengaruh agama dan
filsafat mewarnai dunia yakni adanya orang-orang berani mati mengorbankan
nyawanya untuk mempertahankan agama yang diyakininya dan mati karena proses
pemikirannya yang sangat diyakini kebenarannya, misalnya tokoh Socrates yang
rela mati karena pemikirannya dianggap sangat berbahaya dan menyesatkan tidak
sesuai dengan kebijakan gereja Kristen di masa Yunani.
Letak persamaan agama dan filsafat ialah pertama,
masing-masing memiliki pengikut yang meyakini atas keyakinan yang dianutnya.
Kedua, agama-filsafat merasa perlu menyebarkan ajaran-ajarannya sehingga
terbentuk sikap atas apa yang diyakininya, terbentuk tindakan dan pandangan
hidup masing-masing penganutnya. Sebaliknya, letak perbedaannya adalah agama
berasal dari Tuhan yang memberikan wahyu dan petunjuk kepada hamba-Nya berupa
peraturan tentang cara hidup lahir batin dan menekankan rasa iman atau
kepercayaan. Sedangkan filsafat berasal dari buah pikir radikal manusia.
Terkhusus pada bidang filsafat awal mula timbulnya
berasal dari rasa ingin tahu kemudian terbentuklah mitos yang mempercayai
keberadaan sifat gaib yaitu roh-roh di balik alam jagat raya ini, dan ini
dipercayai oleh orang dahulu sebagai suatu kebenaran. Selanjutnya rasa kritis
pun mulai menderai orang-orang atas kebenaran mitos itu rasa sangsi pun muncul,
lalu ingin kepastian, timbulnya pertanyaan dan rasa-rasa tersebut adalah dasar
timbulnya filsafat.
Mula-mula filsafat berarti sifat seseorang berusaha
menjadi bijak, selanjutnya filsafat mulai menyempit yaitu lebih menekankan pada
latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual (intelectual
curiosity), juga filsafat pada masa ini ialah menjawab pertanyaan yang
tinggi yaitu pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sains. Secara terminologi
filsafat banyak diartikan oleh para ahli secara berbeda, perbedaan konotasi
filsafat disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda
serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri seperti; James melihat konotasi
filsafat sebagai kumpulan pertanyaan yang tidak pernah terjawab oleh sains
secara memuaskan. Russel melihat filsafat pada sifatnya ialah usaha menjawab,
objeknya ultimate question. Phytagoras menunjukkan filsafat sebagai
perenungan tentang ketuhanan. Poedjawijatna (1974: 11) menyatakan filsafat
diartikan ingin mencapai pandai, cinta, pada kebijakan, dan sebagai jenis
pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Hasbullah Bakry (1971: 11) mengatakan
filsafat menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagiamana sikap manusia
itu harus setelah mencapai pengetahuan itu, dan masih banyak pendapat dari
tokoh-tokoh lainnya.
Metode mempelajari filsafat terbagi atas 3 macam
metode; pertama, sistematis yang berarti menghadapi karya filsafat
secara berurutan mulai dari menghadapi teori pengetahuan yang terdiri atas
beberapa cabang filsafat, kemudian teori hakikatnya, kemudian teori
nilai. Kedua, historis yang berarti mengetahui filsafat dengan
cara mengetahui sejarahnya. Ketiga, kritis yakni memahami isi
ajaran filsafat kemudian mengkitiknya dalam bentuk menentang, memberi dukungan.
Objek penelitian filsafat ada 2 yakni: obyek materi
yakni obyek yang dipikirkan ialah segala yang ada dan yang mungkin ada, atau
dengan kata lain cakupannya luas sekali baik itu bersifat empiris dan abstrak,
juga hal yang mengenai Tuhan, hari akhir sebagai kesimpulannya lebih luas dari
objek material sains. Objek forma yakni penyelidikan yang mendalam.
Faedah mempelajari filsafat antara lain : pertama,
agar terlatih berfikir serius sehingga memberikan kemampuan memecahkan masalah
secara serius menemukan akar permasalahan, dan menemukan sebab terakhir suatu
penampakan. Kedua, mampu memahami filsafat sehingga mampu
berpartisipasi dalam membangun dunia dengan baik karena dunia ini hanya diwarnai
oleh dua yakni agama dan filsafat. Ketiga, mampu menemukan
rumusan baru dalam penyelesaian dunia, mungkin berupa kritik, usul. Keempat, menjadi
warga negara yang baik.
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian
tentang filsafat sedikit banyak sudah kita ketahui meskipun belum memadai,
tetapi bila dikorelasikan dengan ilmu (science) tentu terdapat pengertian yang
agak lain, sebab ilmu kalau diidentifikasikan sebagai pengetahuan yang
berkehendak secara sadar untuk menuntun menuju suatu kebenaran yang bermetode, bersistem
dan berlaku secara universal.
Selanjutnya
muncullah suatu pertanyaan apakan filsafat itu juga merupakan ilmu atau bukan?
Dengan melihat devinisi tersebut apakah kita melihat bahwa filsafat berasal
dari kehendak sadar manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu tentang sesuatu
dan bahkan segala sesuatu yang sama-sama ingin memperoleh kebenaran. Mungkin
jawabannya dalam konteks ini ialah filsafat juga bisa memperoleh sifat ilmiah
maka ia juga dikatakan ilmu, sebab dengan sadar menurut kebenaran, bermetode,
bersifat dan hasil-hasil sifat universal.
Tetapi ada
hal yang mendasar yang memberikan perbedaan antara filasafat dan ilmu, yaitu
dari sisi sudut pandang pembahasan. Ilmu melihat objek cukup dalam tetapi tidak
sedalam filsafat yang radikal, filsafat membahas objek sedalam-dalamnya.
Contoh: apabila ilmu bertanya tentang bagaimana dan apa sebabnya? Maka filsafat
lebih dari itu, ia bertanya apa itu sesungguhnya (esensinya)? Dari mana
awalnya? Dan kemana akhirnya?
Jika ilmu
dalam membahas objek kajian hanya berdasarkan pengalaman, maka filsafat
mempertanyakan pengalaman itu sendiri, yaitu filsafat pengetahuan yang
membicarakan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dari engalaman tersebut.
Berangkat dari sudut pandang yang berbeda itulah, munculnya penggabungan kedua
istilah menjadi Filsafat Ilmu, yang bermaksud mempertanyakan ilmu itu sendiri
yang tentunya mempunyai kajian yang mendalam.
Filasat ilmu
adalah bagian dari epistimology yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penelaahan secara filsafati terhadap beberapa
pertanyaan mendasar akan hakikat ilmu itu sendiri . Banyak para filosof
mengemukakan tentang ruang lingkup filsafat ilmu, dari pendapat-pendapat tersebut
memiliki keterikatan sehingga menjadikan persoalan semakin mudah
untuk memahaminya.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Ruang
Lingkup Filsafat Ilmu
Hingga saat
ini filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga menjadi suatu bidang
pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Beberapa filusuf memberikan
pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu. Diantara filusuf-filusuf
tersebut adalah:
a. Pater
Anggeles
Sebagaimana
dikutip Liang Gie, dalam bukunya Dictionary of Philosohy, Pater Anggeles
membagi empat konsentrasi utama dalam filsafat ilmu :
1. Telaah
mengenai beberaa konsep, pra anggapan, dan metode ilmu, berikut analisis,
perluasan dan penyusunannya untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih cermat.
2. Telaah dan
pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur
perlambangannya.
3. Telaah
mengenai saling keterkaitan antara berbagai macam ilmu.
4. Telaah
mengenai berbagai akibat pengtahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan
penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan
matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan,
serta sifat dasar manusia.
b. Cornelius Benjamin
Dalam pandangannya,
pokok-pokok asal filsafat ilmu dibagi dalam tiga bidang, meliputi:
1. Telaah
mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari system berlambang
ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori
umum tentang tanda.
2. Penjelasan
mengenai konsep dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu, berikut
landasan-landasan empiris, rasional dan ragmatis yang menjadi tempat
tumpuannya.
3. Aneka telaah
mengenai saling keterkaitan diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu
teori alam semesta seperti idealisme, materialime, monisme dan pluralisme.
c. Arthur
Danto
Dalam
uraiannya dapat disimpulakan bahwa lingkupan filsafat ilmu mencakup:
1. Persoalan-persoalan konsep yang
memiliki kaitan erat dengan ilmu itu sendiri sehingga pemecahannya dapat
seketika dipandang sebagai sumbangan kepada ilmu dari pada kepada filsafat.
2. Persoalan-persoalan umum dengan
pertalian umum yang filsafati sehingga pemecahannya merupakan suatu sumbangan
kepada metafisika atau epistimologi seperti kepada filsafat ilmu yang
sesungguhnya.
d. Israel Scheffier
Filsafat
ilmu yang mencari pengetahuan umu tentang ilmu atau dunia sebagaimana
ditunjukkan oleh ilmu, cakupannya ada tiga bidang, yaitu:
1. Peran ilmu
dalam masyarakat, yang menelaah hubungan-hubungan antara faktor-faktor kemasyarakatan
dan ide-ide ilmiah.
2. Dunia
sebagaimana digambarkan oleh ilmu, berusaha melukiskan asal mula dan struktur
alam semesta menurut teori-teori yang terbaik dan penemuan-penemuan dalam
kosmologi.
3. Landasan-landasan
ilmu, menyelidiki metode umum, bentuk logis, cara penyimpulan, dan konsep dasar
ilmu-ilmu.
e. Ensiklopedia Britanica
merangkum
tentang cakupan filsafat ilmu sebagai berikut:
1.
Sifat dasar dan lingkup filsafat ilmu dan hubungannya
dengan cabang ilmu lain, aneka ragam soal dan metode-metode hampiran terhadap
filsafat ilmu.
2.
Berdasarkan sisi histories.
3.
Unsur-unsur sisi ilmiah.
4.
Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah, meliputi penemuan
ilmiah, pembuktian keabsahan dan embenaran dari konsep dan teori baru, dan
penyatuan teori-teori dan konsep-konsep ilmu yang terpisah.
5.
Kedudukan filsafat dari teori ilmiah, yang terdiri
dari: kedudukan proporsi ilmiah dan konsep entitas, hubungan antara analisis
filsafati dan praktek ilmiah.
6.
Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain
dari pengalaman dan soal manusia.
f. Noeng Muhadjir
dalam bukunya Filsafat Ilmu:
Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernimisme. Mengemukakan bahwa obyek
studi filsafat minimal terdiri atas dua hal yang substansif, meliuti kenyataan
dan kebenaran dan dua hal yang instrumentatif, meliputi konfirmasi dan logika
inferensi.
Dengan memperhatikan perkembangan
filsafat ilmu dewasa ini, John Loosee, seorang filusuf pengamat sejarah
menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat dikelompokkan menjadi empat konsepsi:
1.
Filsafat ilmu yang berusaha menyusun
pandangan-pandangan dunia berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.
2.
Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan pra-anggapan
dan kecenderungan ilmuan.
3.
Filsafat ilmu sebagai cabang pengetahuan yang
menganalisis konsep dan teori dari ilmu.
4.
Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis yang menelaah
ilmu sebagai sasarannya.
B. Peran Filsafat Ilmu
Menurut Harold H. Filsafat adalah
suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan menilainya. Apabila
tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreatifitas, kesempurnaan,
bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah
pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Oemar A. Husein, mengatakan ilmu memberi
kepada kita pengetahuan dan filsafat memberikan hikmah, filsafat memberikan
kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib,
akan kebenarannya.
Sutan Takdir Alisyahbana menulis
dalam bukunya Pembimbing ke Filsafat Metafisika, filsafat itu dapat memberikan
ketenangan pikiran-pikiran dan kemampuan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam
tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemudian,
malahan kebangsawanan filsafat diantara kerja manusia yang lain. Kebenaran
dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, itulah tujuan tertinggi
dan satu-satunya, bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya
seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni
tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam ataupun
kebenaran.
Radhakrisnan dalam bukunya, History
of philosophi menyebutkan: peran/tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan
semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat
adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan
menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita
untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan
penggolongan-penggolongan berdasarkan nation, ras dan keyakinan keagamaan,
mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada arti sama sekali
apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya.
Studi filsafat harus membantu
orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara
intelektual filsafat dapat mendukung kepercayaan tersebut tidak bergantung
kepada konsepsi, yang pra-ilmiah, yang usang, yang sempit dan yang dogmatis.
Urusan (concerns) utama agama ialah pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian,
kejujuran, pembebasan dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi
Oerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran maka H.
De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang mengharapkan bahwa filsafat
akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup
secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar
menjadi manusia yang baik berguna dan bangsa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam
logika (kebenaran berfikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat
keaslian). Sekarang terdapat pernyataan: Apa peran filsafat ilmu setelah
dipelajari? Atau dengan lain: Apa manfaatnya kita mempelajari filsafat ilmu?.
Peran
filsafat ilmu ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam peran
yaitu:
1) Agar terlatih berfikir serius.
2) Agar mampu memahami filsafat.
3) Agar mungkin menjadi filsafat.
4) Agar menjadi warga negara yang baik.
1) Agar terlatih berfikir serius.
2) Agar mampu memahami filsafat.
3) Agar mungkin menjadi filsafat.
4) Agar menjadi warga negara yang baik.
Berfilsafat pemikiran serius
menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran serius.
Kemampuan berfikir serius diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang
penting yang memegang posisi penting dalam membangun dunia. Plato menghendaki
kepala negara seharusnya filsuf.
Mengetahui isi filsafat tidak perlu bagi setiap orang. Akan tetapi orang-orang akan berpartisipasi didalam membangun dunia perlu mengetahui ajaran-ajaran filsafat. Mengapa? Karena dunia dibentuk oleh dua kekuatan agama dan filsafat. Jika kita tahu filsafatnya, kita jadi tahu tentang manusianya filsafat itu sendiri adalah bagian penting atau inti dari suatu kebudayaan yang berkembang.
Mengetahui isi filsafat tidak perlu bagi setiap orang. Akan tetapi orang-orang akan berpartisipasi didalam membangun dunia perlu mengetahui ajaran-ajaran filsafat. Mengapa? Karena dunia dibentuk oleh dua kekuatan agama dan filsafat. Jika kita tahu filsafatnya, kita jadi tahu tentang manusianya filsafat itu sendiri adalah bagian penting atau inti dari suatu kebudayaan yang berkembang.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan secara konkrit peranan filsafat ialah :
a.
Filsafat ilmu menolong, mendidik, membangun diri kita
sendiri dengan berfikir lebih mendalam kita menyagari dan menyelami kerohanian
kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita berfikir, untuk
hidup dengan sesadar-sadarnya dan memberikan ini kepada hidup kita sendiri.
b.
Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kepandaian
untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang
yang hidup secara canggal saja tidak mudah persoalan-persoalan apalagi melihat
pemecahannya. Dalam filsafat ilmu kita dilatih melihat dulu pasti yang menjadi
persoalan dan ini merupakan syarat untuk memecahkannya.
c.
Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas
membanding akuisme dan aku-sentrisme (egosantisme).
d.
Filsafat ilmu berperan melatih untuk berfikir sendiri,
hingga kita tak hanya ikut-ikutan saja, membutuhkan pada pandangan umum,
percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat lebar, tetapi secara kritis
menyelidiki apa yang dikemukakan orang mempunyai pendapat sendiri, berdiri
sendiri dengan cita-cita dan mencari kebenaran.
e.
Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar baik untuk hidup
kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu mendidik dan sebagainya.
C. Problem-Problem Filsafat Ilmu
Problem menurut definisi A Cornelius
Bejamin ialah “sutu-situasi praktis atau teoritis yang untuk itu tidak ada
jawaban lazim atau otomatis yang memadai dan yang oleh sebab itu memerlukan
proses-proses refleksi”. Banyak sekali pendapat para filsafat ilmu mengenai
kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat
ilmu. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan.
pendapat-pendapat sebagai berikut :
1. Michel
Berry
Filsafat
penulis ini mengemukakan dua problem yaitu:
a.
Bagaimana kuantitas dan rumusan dalam teori-teori
ilmiah (misal: ciri genetic atau momentum dalam mekanika Newton) berkaitan
dengan peristiwa-peristiwa dunia alamiah diluar pikiran kita?
b.
Bagaimana dapat dikatakan bahwa teori atau dalil
imliah adalah benar berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan yang terbatas?
2. B.
Van Mrasen dan H. Margenau
Menurut
kedua ahli problem-problem utama dalam filsafat ilmu adalah:
a.
Metodologi
Yang membicarakan tentang sifat dasar dari penjelasan ilmiah (scientific explanation), logika penemuan (logic discovery), teori probabilita (probability theory), dan teori pengukuran (theory of measurement).
Yang membicarakan tentang sifat dasar dari penjelasan ilmiah (scientific explanation), logika penemuan (logic discovery), teori probabilita (probability theory), dan teori pengukuran (theory of measurement).
b.
Landasan Ilmu-ilmu
Dengan melakukan suatu penelitian untuk mencapai suatu tujuan misalnya menggunakan landasan matematik.
Dengan melakukan suatu penelitian untuk mencapai suatu tujuan misalnya menggunakan landasan matematik.
c.
Ontologi
Permasalahan utama yang diperbandingkan adalah konsep-konsep subtansi, proses, waktu, ruang kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas-entitas teoritis.
Permasalahan utama yang diperbandingkan adalah konsep-konsep subtansi, proses, waktu, ruang kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas-entitas teoritis.
3. Victor
Lenzen
Filsuf ini
mengajukan dua problem:
a.
Struktu ilmu yaitu metode dan bentuk pengetahuan
ilmiah
b.
Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang
realitas.
4. Dari
JJC Smart
Filsuf ini
mengemukakan dua persoalan yaitu:
a.
Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu misalnya pola-pola
perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian teori ilmiah, sifat dasar dari
dalil dan cara-cara merumuskan konsep ilmiah.
b.
Perbincangan filsafati yang mempergunakan ilmu,
misalnya bahwa hasil penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang manusia dan alam semesta.
5. Dari Philip Wiener
Menurut beliau para filsuf ilmu
dewasa ini membahas problema-problema yang menyangkut:
a.
Struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari
ilmu-ilmu.
b.
Saling hubungan diantara ilmu.
c.
Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan
tahap-tahap lainnyadari peradaban, yaitu: kesusilaan, politik, seni dan agama.
Rincian aneka ragam dari jenis
problem-problem dalam lingkungan filsafat ilmu dari para filsuf tampak masih
agak simpang siur. Segenap problem ini perlu kiranya dipilah-pilahkan dan
disusun menjadi suatu kebulatan yang lebih sistematis.
Problem-problem filsafat semuanya
dapat digolongkan menjadi enam, yaitu: pengetahuan, keberadaban, metode,
penyimpulan, moralitas dan keindahan. Berdasarkan enam sasaran itu, bidang
filsafat dapat secara sistematis dibagi menjadi enam cabang kelompok, yaitu
epistemology (teori pengetahuan), metafisika (teori apa yang ada), metodologi
(studi tentang metode), logika (teori tentang penyimpulan), etika (ajaran
moralitas), dan estetika (teori keindahan).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhirnya untuk memberikan gambaran
singkat yang menyeluruh mengenai ruang lingkup, peran dan problem-problem
filsafat ilmu, pemakalah
dapat menyimpulkan bahwa:
1) Ruang
lingkup filsafat ilmu adalah:
a. Sifat dasar
dan lingkupan filsafat ilmu dan hubungannya cabang-cabang ilmu lain.
b. Perkembangan
histories dari filsafat ilmu.
c. Unsur-unsur
usaha ilmiah.
d. Gerakan-gerakan
pemikiran ilmiah.
e. Kedudukan
filsafati dari teori ilmiah.
f. Pentingnya
pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman-pengalaman soal
manusia.
g. Hubungan
antara ilmu dengan pengetahuan humaniora.
2) Peran filsafat ilmu
a.
Menolong mendidik, membangun diri kita sendiri.
b.
Memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari.
c.
Memberikan pandangan yang luas.
d.
Melatih kita untuk berfikir mandiri hingga tidak
bertaklid buta
e.
Memberikan dasar-dasar,baik untuk hidup kita sendiri
maupun untuk ilmu pengetahuan dan lainnya.
3) Problem-problem filsafat ilmu
secara general sebagai berikut:
a.
Epistemology tentang ilmu.
b.
Metafisis tentang ilmu.
c.
Metodology tentang ilmu.
d.
Logis tentang ilmu.
e.
Etis tentang ilmu.
B. Daftar
Pustaka
Bejamin A. Coenelius, “Problem”, dalam Dictonary of Philosophi. Dagobert D: ed. 19975 Edition.
Fraanseen B. Van, H Margenau “Philoshopy of Science” dalam Raymond Klibansky, ed Contemporary Philoshopy A Survey.
Jujun S, Surisumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka sinar Harapan, Jakarta, 1996.
Liang, Gie The, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberti, Jogjakarta 2000.
Mudzakir, Syadali, Filsafat Umum (Bandung CV Pustaka Setia, 1997), Cet I.
Muhadjir, Noeng, Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernimisme, Edisi II, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2001.
Smart JJ, Between Science and Philoshopy An Introduction to the Philoshopy of Science, 1968.
Wiener, Philip, Philoshopy of Science, Introduction dalam Daniel J Brontein, Basic of Philoshopy Selected Reading with Introduction, 1975.
No comments:
Post a Comment